Hidup Di Era Menjelang Hadirnya Puncak Fitnah
Minggu, 03 Februari 2013
1
komentar
LOVE ISLAM - Hidup di dunia merupakan sebuah perjalanan panjang menghadapi ujian
dari waktu ke waktu. Setiap orang yang mengaku beriman pasti diuji Allah
dalam hidupnya. Jika seseorang tidak mau diuji caranya mudah.
Tinggalkan saja pengakuan diri sebagai seorang beriman. Selesai, dia
tidak bakal diuji lagi oleh Allah. Sehingga syaithan-pun tertawa, dan
itu berarti pekerjaan syaithan sudah
selesai terhadap orang itu karena ia lebih memilih kekafiran sebagai
jalan hidup daripada keimanan. Namun bagi seorang yang mengaku beriman,
maka mustahil ia dapat menghindari ujian dalam hidupnya. Sebab Allah
memang sengaja menghadapkannya kepada ujian hidup agar tersingkap siapa
sesungguhnya dirinya. Apakah ia seorang yang jujur dalam pengakuan
keimanannya? Ataukah ia sekedar lip service alias dusta yakni manis di
mulut namun faktanya berperilaku, bersikap, berfikir layaknya seorang
yang tidak beriman.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ
مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾
Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS.
Al-Ankabut [29] 2-3)
Jadi, Allah menyajikan fitnah atau ujian
bagi orang beriman supaya menjadi jelas siapa jati diri sesungguhnya di
mata Allah. Apakah ia seorang muslim-mukmin yang jujur ataukah muslim
yang dusta. Dan bila tingkat kedustaannya sedemikian mendasar dan
meluas, maka bukan mustahil ia bahkan akan dinilai Allah sebagai seorang
munafiq. Wa na’udzubillaahi min dzaalika. Sebab di antara ciri orang
beriman sejati ialah mustahil berdusta.
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا
فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيلًا فَقَالَ
نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا فَقَالَ لَا
Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata;
“Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah
seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.” Kemudian
ditanya lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Beliau
menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi; “Apakah seorang mukmin bisa
menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak.” (HR. Malik No. 1571)
Ujian paling berat dalam kehidupan di dunia ialah sosok Ad-Dajjal.
Semenjak manusia pertama dihadirkan ke muka bumi hingga datangnya hari
Kiamat ummat manusia tidak dihadapkan kepada fitnah yang lebih dahsyat
daripada fitnah Ad-Dajjal.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ
آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ
الدَّجَّالِ
“Allah tidak menurunkan ke muka bumi —sejak
penciptaan Adam as hingga hari Kiamat— fitnah yang lebih dahsyat
daripada fitnah Ad-Dajjal.” (HR. Thabrani No. 1672)
Sedemikian
seriusnya urusuan ini sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam
menegaskan bahwa paraNabiyullah sebelum beliau selalu memperingatkan
ummatnya masing-masing akan bahaya fitnah Ad-Dajjal. Tidak ada seorang
Nabipun yang diutus Allah ke muka bumi kecuali memperingatkan ummatnya
akan puncak fitnah tersebut.
خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَأَطْنَبَ
فِي ذِكْرِهِ ثُمَّ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا قَدْ
أَنْذَرَهُ أُمَّتَهُ لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوحٌ أُمَّتَهُ وَالنَّبِيُّونَ
مِنْ بَعْدِهِ
Pada saat Haji Wada’ Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam berkhutbah, beliau menyebut-nyebut Al-Masih
Ad-Dajjal kemudian beliau terus menyebutnya berulang kali hingga beliau
bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan telah
memperingatkan umatnya tentang Dajjal. Dan Nabi Nuh ’alaihis-salam telah
menperingatkan hal itu kepada umatnya, juga para Nabi yang datang
sesudahnya.” (HR. Ahmad No. 5909)
Para sahabat Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa Salam juga sangat peduli dengan urusan puncak
fitnah ini. Sehingga dalam obrolanpun mereka biasa memperbincangkan
persoalan Ad-Dajjal. Sungguh berbeda dengan obrolan manusia di era yang
katanya modern ini.
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ
أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا
قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ
الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Dajjal disebut-sebut di dekat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
lalu beliau bersabda, “Sungguh fitnah sebagian dari kalian lebih aku
takutkan dari fitnahnya Dajjal. Dan tiada seseorang dapat selamat dari
aneka fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula
darinya (fitnah Ad-Dajjal) setelahnya. Dan tiada fitnah yang dibuat
sejak adanya dunia ini —baik kecil ataupun besar— kecuali untuk
menyambut fitnah Ad-Dajjal.” (HR. Ahmad No. 22215)
Berdasarkan
hadits di atas berarti kondisi fitnah di dunia akan kian memuncak
seiring dengan semakin dekatnya saat keluarnya Ad-Dajjal. Sungguh kita
wajib waspada menghadapi keadaan dunia saat menjelang munculnya puncak
fitnah tersebut. Sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
Dan tiada seseorang dapat selamat dari aneka fitnah sebelum fitnah
Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula darinya (fitnah Ad-Dajjal)
setelahnya. Yang berarti hal sebaliknyapun bakal terjadi: Barangsiapa
yang terjatuh ke dalam jeratan aneka fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal,
niscaya ia bakal terjatuh ke dalam jeratan fitnah Ad-Dajjal sesudahnya.
Sungguh, keadaan dunia dewasa ini sedemikian diselimuti oleh aneka
fitnah sehingga banyak sekali ummat manusia yang terjerat ke dalamnya,
tanpa kecuali sebagian kaum muslimin yang mengaku beriman. Dan
celakanya, tidak sedikit di antara mereka yang menganggap ringan akan
hal ini. Padahal ada yang sampai terjerat fitnah yang bukan saja
mengakibatkan dirinya menjadi berdosa —di sisi Allah— secara biasa-biasa
saja. Melainkan ia telah terjerat ke dalam fitnah yang mengakibatkan
batalnya (terhapusnya) eksistensi iman dirinya di mata Allah. Wa
na’udzubillah min dzaalika.
بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ
اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا
وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ
الدُّنْيَا
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti
sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi
mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan
paginya menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.”
(HR. Ahmad No. 8493)
Sejujurnya, dunia dewasa ini menawarkan
jebakan fitnah secara lengkap. Fitnah meliputi segenap aspek kehidupan
manusia modern. Fitnah dapat ditemukan dalam aspek ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, medis, militer, pertahanan
keamanan, media-massa, hiburan, olah-raga bahkan pemahaman dan
pelaksanaan ajaran agama…! Singkat kata, rangkaian fitnah yang
menyebabkan dunia modern menjadi laksana sepenggalan malam yang
gelap-gulita, telah membentuk dirinya menjadi sebuah peradaban dunia
yang penuh kezaliman dan penyimpangan dari petunjuk Allah, Pencipta,
Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya.
Pantaslah bilamana
seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson
menyebut dunia modern sebagai sebuah Sistem Dajjal. Ia menulis di dalam
bukunya: Dajjal memiliki tiga sisi/aspek:
1. Dajjal sebagai oknum.
2. Dajjal sebagai gejala sosial budaya global.
3. Dajjal sebagai kekuatan yang tidak tampak/kekuatan gaib/kekuatan sihir.
Menurut pendapat ulama, dua aspek yang terakhir akan didirikan sebelum
Dajjal sebagai oknum muncul. Artinya, ia akan muncul ketika sistem
pendukung yang dibutuhkan berada di tempatnya di seluruh dunia baik
secara langsung atau tidak langsung. (Sistem Dajjal; Ahmad Thomson;
Penerbit Semesta, halaman 1)
Yang lebih mengkhawatirkan lagi
ialah kenyataan bahwa berdasarkan sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Salam ternyata kondisi masyarakat dunia dewasa ini telah memenuhi
dua pra-syarat menjelang keluarnya Ad-Dajjal. Pertama, kebanyakan
manusia sudah tidak peduli membicarakan persoalan Ad-Dajjal. Dan kedua,
bahkan para juru da’wah-pun sudah tidak memperingatkan ummat akan betapa
bahayanya puncak fitnah tersebut.
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ
حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَ حَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ
ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam
bersabda, “Ad-Dajjal tidak akan keluar sampai manusia tidak lagi
menyebut-nyebutnya dan sampai para Imam tidak lagi menyebutkannya di
atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad No. 16073)
Manusia modern
menganggap pembicaraan soal Ad-Dajjal merupakan pembicaraan yang tidak
realistik dan bermuatan mitos atau legenda. Barangsiapa membicarakan
soal urusan yang satu ini pasti dianggap orang aneh dan ketinggalan
zaman alias orang jadul (zaman dulu). Padahal para sahabat justeru
sangat peduli sehingga urusan Ad-Dajjal sering masuk dalam obrolan di
antara sesama mereka. Demikian pula para penyeru da’wah, ustadz, imam,
kyai, pemuka agama, ulama dan muballigh di atas mimbar-mimbar dewasa ini
semakin sedikit yang memandang penting memperingatkan ummat akan bahaya
puncak fitnah ini. Padahal tidak seorang Nabi-pun yang diutus Allah
kecuali telah memperingatkan ummatnya masing-masing akan bahayanya. Dan
peradaban dunia modern yang dikomandani kaum kuffar Barat sangat cocok
untuk dijuluki sebagai sebuah Sistem Dajjal.
Bila kita
memahami masalah di atas dengan jujur dan obyektif, niscaya kita dapat
mengerti mengapa begitu banyak masalah pelik terjadi di negeri ini
bahkan di seluruh dunia. Ideologi yang ditawarkan ialah materialisme,
sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Politiknya Machiavelli (tujuan
menghalalkan segala cara) dan Demokrasi (bukan Allah yang berdaulat
melainkan manusia). Ekonominya ribawi-yahudi (mengandalkan
bunga bank). Tatanan sosialnya berhirarki alias berkasta (sesama
manusia saling menyembah/menghamba satu sama lain). Hukumnya mengabaikan
hukum Allah berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah (yang berlaku hukum
bikinan manusia alias hukum thaghut). Budayanya hedonisme(menghamba
kepada pemenuhan hawa nafsu). Militernya berprinsip right or wrong is my
country (tidak bertujuan hidup mulia di bawah naungan syariat atau mati
syahid). Media-massa mempunyai motto bad news is good news sehingga
cenderung tebar fitnah, gosip, fenomona kemusyrikan, kekerasan,
glamourdan seks bebas. Sedangkan praktek beragama masyarakat cenderung
taqlid alias asal melestarikan tradisi nenek-moyang, bukan merujuk
kepada petunjuk Allah dan RasulNya sehingga fenomena pengkultusan para
pemuka agama merebak.
Dalam keadaan dunia kacau dan sarat
kezaliman seperti sekarang ini sangatlah mungkin bila oknum Ad-Dajjal
tampil ke panggung dunia menipu, menyihir dan mengelabui ummat manusia.
Dengan mudah ia akan disambut dan dipandang sebagai sang penyelamat oleh
para pengelola dunia modern yang hakikatnya telah lama mempersiapkan
peradabannya menjadi sebuah Sistem Dajjal. Saudaraku, waspadalah. Kita
sedang hidup di era menjelang hadirnya puncak fitnah.
اللهم إني
أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ
فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab
jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta dari jahatnya
fitnah Al-Masih Ad-Dajjal,” (HR. Muslim No. 924). (Islampos/ Bolehjadikiamatsudahdekat).
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Hidup Di Era Menjelang Hadirnya Puncak Fitnah
Ditulis oleh Love Islam
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://loveislaminfo.blogspot.com/2013/02/hidup-di-era-menjelang-hadirnya-puncak.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Love Islam
Rating Blog 5 dari 5
1 komentar:
semoga Allah melindungi kaum muslim amiin
Posting Komentar