Kebanggaan Iman
Minggu, 03 Februari 2013
0
komentar
LOVE ISLAM - Di dalam buku Ma’aalim Fith-Thoriq (Petunjuk Jalan) Sayyid Qutb menulis
bab khusus dengan judul Kebanggaan Iman. Bab ini menegaskan bahwa orang
beriman adalah manusia yang senantiasa menjalin hubungan keimanan yang
kuat dengan Rabb-nya, Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan jalinan hubungan
imannya yang kuat dengan Allah subhaanahu wa ta’aala menyebabkan dirinya
menjadi manusia yang bermental kokoh.
Ia tidak pernah merasa hina atau bersedih hati. Malah sebaliknya ia
selalu merasakan ketinggian dan kemuliaan di dalam hidupnya karena
dirinya tersambung dengan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Inilah
yang dimaksud oleh Sayyid Qutb dengan Kebanggaan Iman.
Bab ini terasa sangat penting jika dikaitkan dengan realitas dunia modern yang penuh fitnah. Suatu dunia yang justru menawarkan berbagai kebanggaan palsu. Ada kebanggaan harta, kebanggaan tahta dan jabatan,
Bab ini terasa sangat penting jika dikaitkan dengan realitas dunia modern yang penuh fitnah. Suatu dunia yang justru menawarkan berbagai kebanggaan palsu. Ada kebanggaan harta, kebanggaan tahta dan jabatan,
kebanggaan
teknologi, kebanggaan intelektual-formal, kebanggaan popularitas dan
kebanggaan-kebanggaan duniawi lainnya. Semua bentuk kebanggaan palsu
tersebut tidak ada kaitan dengan iman kepada Allah subhaanahu wa
ta’aala. Sehingga menurut kajian Kebanggaan Iman bentuk-bentuk
kebanggaan duniawi itu hakikatnya sangat lemah dan rapuh. Bahkan
bersifat hina dan tidak berarti di mata Allah subhaanahu wa ta’aala.
Orang yang merasakan kemuliaan dan ketinggian hanya karena berbagai
kebanggaan duniawi adalah orang-orang yang tertipu. Boleh jadi ia tampil
dengan self-confidence (percaya-diri) yang tinggi sewaktu masih di
dunia. Tetapi di akhirat kelak ia akan menyadari bahwa ia telah
terpedaya. Sehingga ia akan menyesal telah membanggakan diri dengan
kebanggaan-kebanggaan palsu. Itulah penyesalan yang sangat terlambat dan
tentunya tiada berguna.
Syetan sangat cerdik menipu manusia
dengan berbagai kebanggaan duniawi. Syetan menyuruh manusia agar jangan
peduli dengan kebanggaan iman sebab itu adalah perkara yang terlalu
abstrak dan tidak dapat dilihat secara langsung. Sementara itu
kebanggaan duniawi bersifat kongkrit dan mudah terukur. Sehingga
muncullah gelombang manusia yang masuk ke dalam perangkap syetan.
Kalau yang terperangkap adalah manusia awam yang jahil akan agamanya
kita tentu prihatin, tetapi masih dapat memahaminya. Ironisnya, dewasa
ini kita menyaksikan mereka yang terjerat tipuan syetan adalah
orang-orang yang dikenal khalayak ramai sebagai orang-orang yang biasa
ikut pengajian dan tarbiyyah, bahkan para ustadz dan ahli ilmu
syar’iyyah Islamiyyah. Mereka adalah orang-orang yang semestinya tampil
mengarahkan masyarakat luas agar mensyukuri dan mempertahankan
Kebanggaan Iman. Alih-alih melaksanakan kewajibannya sebagai mercusuar
di tengah arus zaman penuh fitnah, mereka malah menjadi fihak yang
mempromosikan pentingnya kebanggaan duniawi seperti kebanggaan akan
tahta dan jabatan.
Mereka rubah tolok-ukur keberhasilan da’wah.
Keberhasilan da’wah Islam tidak lagi dinilai berdasarkan berapa banyak
orang yang semakin beriman dan istiqomah. Tetapi dinilai berdasarkan
berapa banyak dan berapa tinggi jabatan politik dan pos struktural
kekuasaan yang berhasil direbut. Kebanggaan tahta dan jabatan menjadi
pembicaraan utama. Semua enersi dikerahkan untuk mencapai kebanggaan
yang satu ini. Enersi waktu, fisik, batin, fikiran, dana dan doa
semuanya dipusatkan demi kesuksesan merebut kekuasaan formal. Kebanggaan
iman semakin jarang dibicarakan dan malah semakin dirasa aneh dan tidak
penting. Kerugian adalah saat seorang aktifis da’wah tidak berhasil
merebut atau mempertahankan jabatan politiknya. Keterlibatan dalam suatu
kegiatan maksiat tidak dinilai sebagai sebuah kerugian, melainkan
sebuah perilaku manusiawi yang wajar dan perlu dimaklumi. Mengejar ridho
Allah menjadi kalah penting dibandingkan upaya image-building
(pencitraan) dalam rangka mendapatkan dukungan rakyat luas.
Sayyid Qutb menjelaskan Kebanggaan Iman berpedoman kepada sebuah ayat Al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut:
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran 139)
Selanjutnya Sayyid Qutb mengomentari ayat di atas dengan uraian sebagai berikut:
“Dia melukiskan suatu keadaan yang tertinggi yang harus mendasar dalam
kalbu seorang mukmin dalam menghadapi apa pun. Suatu kebanggaan karena
iman dan sendi-sendinya yang mengatasi seluruh sendi yang bukan
bersumber dari iman.
Suatu ketinggian yang mengatasi seluruh
kekuatan di bumi yang jauh dari dasar iman; dan mengatasi seluruh sendi
yang hidup di bumi ini yang tidak bersumber dari iman. Mengatasi
seluruh tradisi di bumi ini yang tidak dicetak oleh iman. Mengatasi
seluruh undang-undang di bumi ini yang tidak disyariatkan oleh iman, dan
mengatasi seluruh posisi di bumi ini yang tidak ditumbuhkan oleh iman.
Suatu ketinggian yang walaupun tenaga lemah, jumlah ummat yang sedikit
dan kemiskinan harta, sama dengan ketinggian di waktu kuat, jumlah yang
banyak dan harta yang melimpah.
Suatu ketinggian yang tidak
merasa terhina di hadapan kekuatan yang zhalim, tidak merasa rendah di
hadapan kebiasaan sosial dan hukum yang bathil, dan tidak merasa rendah
di hadapan posisi yang diterima oleh manusia tetapi tanpa sandaran
iman.” (Petunjuk Jalan – Penerbit Media Dakwah – halaman 272)
Masalahnya bukan pada memiliki atau tidak memiliki jabatan dan kekuasaan
politik. Tetapi yang menjadi masalah apakah sesudah seseorang memiliki
kekuasaan politik masihkah ia menjadikan Kebanggaan Iman sebagai tolok
ukur kemuliaan dan ketinggian di dalam hidupnya? Dan jawabannya bukan
sekedar berupa sebuah pernyataan atau claim. Jawabannya haruslah berupa
bukti dalam perilaku dan kebijakan. Bukti terbaik adalah berupa
langkah-langkah bersyukur kepada Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan
sebaik-baik bentuk bersyukur kepada Allah ialah berupa pemanfaatan
kekuasaan politik demi memastikan tegak dan berlakunya dienullah serta
hukum Allah di bawah wilayah otoritas kekuasaannya.
Bilamana
seseorang yang memperoleh jabatan politik kemudian terlihat nyata
memberlakukan aturan dan hukum Allah subhaanahu wa ta’aala dalam
ruang-lingkup otoritas kepemimpinannya, berarti ia telah berlaku jujur
di dalam mempertahankan kebanggaan imannya. Tetapi bilamana seseorang
menjabat lalu sesudahnya tidak terlihat nyata adanya perubahan aturan
dan hukum jahiliyah diganti dengan hukum Allah subhaanahu wa ta’aala,
maka itu berarti ia telah melupakan Kebanggaan Iman dan terjebak syetan
ke dalam perangkap kebanggaan tahta dan jabatan.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Kalian akan rakus terhadap jabatan, padahal jabatan itu akan
menjadi penyesalan di hari kiamat, ia adalah seenak-enak penyusuan dan
segetir-getir penyapihan.”(HR Bukhari – Shahih)
Orang yang
memiliki jabatan akan merasakan “seenak-enak penyusuan” selama masa ia
menjabat. Ia menikmati berbagai fasilitas dan gaji yang mencukupi hidup
diri dan keluarganya. Dan ia pasti mengalami “segetir-getir penyapihan”
saat jabatannya mesti berakhir. Itulah rahasia mengapa setiap orang
yang menjabat pasti akan berusaha keras melestarikan masa kekuasaannya.
اللهم حبب إلينا الإيمان وزينه في قلوبنا، وكره إلينا الكفر والفسوق والعصيان واجعلنا من الراشدين
“Ya Allah, tanamkanlah kecintaan kami kepada iman dan hiasilah hati
kami dengan iman. Dan jadikanlah kami benci kepada kekafiran, kefasikan
dan kemaksiatan. Dan jadikanlah kami golongan orang-orang yang
terbimbing.”
sumber: eramuslim.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kebanggaan Iman
Ditulis oleh Love Islam
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://loveislaminfo.blogspot.com/2013/02/kebanggaan-iman.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Love Islam
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar